KATA
PENGANTAR
Segala
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang manatelah memberi kesehatan,
taufik dan hidayahnya kepada Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shlawat beserta salam penulis hadiahkan Kehadirat
Junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah menyampaikan ajaran Islam
yang benar kepada umat manusia, sehingga dengan ajaran itulah manusia akan
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat, kelak.
Dalam penulisan makalah ini. Penulis
sadari masih banyak kekurangan serta masih jauh dari yang diharapkan. Jadi,
penulis berharap kritik dan saran yang membangun bagi pembaca terlebih-lebih Bapak Dosen. Mata
kuliah ilmu kalam. Demi sempurnaanya makalah ini kepadanya.
Medan,
23 Maret 2013
PENULIS
(Lahagu Yhannu)
DAFTAR
ISI
A. KATA PENGANTAR
B. DAFTAR
ISI
C. BAB
I PENDAHULUAN
D. BAB
II PEMBAHASAN
A. Asal Mula Ke Khalifaan
B. Pemerintahan
di masa Khalifaan Ustman
C. Adanya
Dua Orang Khalifah dalam Satu Masa (Perang Siffin)
E. BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teologi
dalam Islam disebut “Ilm Al-tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu Esa dan
Ke-Esaan dalam pandang Islam sebagai agama Monothoisme, sifat yang terpenting
di antara sifat Tuhan. Selanjutnya Teologi Islam disebut juga “Ilm Al-kalam,
karna kalam sbda Tuhan atau Al-Qur’an pernah menimbulkan pertentangan karena
dikalangan umat Islam di abad kesembilan dan kesepuluh Masehi. Sehingga timbul
penganiayaan dan pembunuhan-pembunuhan terhadap sesama muslim di waktu itu.
Kalu
yang dimaksud dengan Kalam ialah kata-kata manusia, maka teologi dalam Islam di
sebut ‘Ilm Al-Kalam karena kaum teologi islam bersilat dengan kata-kata dalam
mempertahankan pendapat dan pendirian msing-masing. Teologi dalam Islam memang
di beri nama Mutakallim yaitu ahli debat pintar memakar kata-kata.
Teologi
islam yang di ajarkan di Indonesia pada umunya adalah Teologi dalam bentuk ilmu
Tauhid. Ilmu Tauhid yang diajarkan dan yang dikenal di Indonesia pada umunya
ialah ilmu Tauhid menurut aliran Asy’ariah sehingga timbullah kesan dikalangan
sementara Umat Islam Indonesia, bahwa
inilah satu-satunya teologi yang ada dalam islam.
Dalam
Islam sebenarnya terdapat lebih dari satu aliran teologi. Ada aliran yang
bersifat liberal ada bersifat yang bersifat tradisionil. Kedua corak teologi
ini liberal dan tradisionil tidak bertentangan dengan ajara-ajaran dasar Islam.
Dengan demikian orang yang memilih mana saja dari alira-aliran itu sebagai yang
dianutnya, tidak pula menyebabkan ia menjadi keluar dari islam.
Adapun maksud Penulis membahas sejarah perang SIPPIN
adalah untuk mengingatkan umat Islam supaya tidak melupakan dengan sejarh
pahitnya perang SIPPIN. Tujuan lain penyusun Makalah ini untuk memberi
pandanganterhadap islam bagi pembaca yang biasanya mengetahui dan mengenal
Islam, dari sudut pandang hukum atau Fiqih sehingga memungkinkan timbuk kesan
bagi orang bahwa islam adalah agama yang sempit.
Islam
sebenarnya bukan hanya mempunyai aspek Fikih saja, Islam mempunyai aspek-aspek
lain, aspek teologi, aspek filsfat, aspek mistik, aspek kebudayaan, dan ilmu
pengetahuan, aspek sejarah, aspek insttitusi-Institusi dan lain-lain. Apabila
mengenal Islamdari sudut tinjauan fikih
saja, tentu memberi gambaran yang pincang tentang Islam, apalagi kalau ditinjau
itu didasarkan pada salah satu Mazhab fikh saja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal
Muasal ke Khalifahan
Ketika Nabi
Muhammad wafat ditahun 632 Masehi daerah kekuasaan Madinah hanya terbatas pada
kata iru saja, tetapi dikatakan seluruh semenanjung Arabia. Negara Islam di
waktu itu seperti gambaran oleh W-M-Watt, telah merupakan kumpulan suku-suku
bangsa Arab. Yang mengikat tali persekutuan dengan Nabi Muhammad dalam berbagai
bentuk dengan masyarakat Madina dan Mungkin juga masyakat Mekkah sebagai
intinya.2)
Islam sendiri
sebagai kata R Strothman, disamping merupakan sistim politik dan Nab Muhammad
di samping telah pula menjadi seorang ahli Negara.3) jadi tidak
mengherankan kalau masyarakat Madina pada waktu wafat Nabi Muhammad sibuk
memikirkan pengganti beliau untuk mengepalai Negara yang baru lahir itu,
sehingga penguburan Nabi Muhammad sebagai kepala Negara-sebagai nabi atau Rasul
Nabi tentu tidak dapat diganti lagi.
Sejarah
meriwayatkan bahwa Abu Bakar-lah yang
disetujui oleh masyarakat Islam di waktu itu menjadi pengganti atau khalifah
Nabi dalam mengepalai Negara meraka. Kemudian Abu BAKI diganti oleh umat Ibn
Al-Kahatab dan Umar oleh Usman Ibn “AFFAN.
B. Kepemimpinan
di masa Khalifah Usman.
Usman
termasuk dalam golongan pedagang Qura’isy yang kaya- Kaum keluarganya terdiri
dar orang aristkrat mekah yang karena pengalaman dagang mereka, mempunyai
pengetahuan tentang administrasi. Pengetahuan mereka ini bermanfaat dalam
pemimpin administrasi daerah-daerah diluar semenanjung Arabia yang bertambah
banyak masuk kebawah kekuasaan Islam. Ahli sejarah menggambarkan Usma sebagai
orang yang lemah dan tidak sanggup menentang ambisi kaum keluarganya yang kaya
dan berpengaruh itu. Ia mengangkat mereka menjadi Gubernur-Gubernur daerah yang
tunduk kepada kekuasaan Islam. Gubernur-Gubernur yang diangkat oleh Umar Ibn
Al-Kahttab, Khalifah yang terkenal sebagai orang kuat dan tak memikirkan
kepentingan keluarga di jatuhkan oleh Usman.
Tindakan-tindakan
politik yang dijalankan Usman menimbulkan reaksi yang tidak menguntungkan bagi
dirinya. Shalat-shalat yang pada mulanya menyokong Usman ketika melihat
tindakan yang kurang tepat itu mulai meninggalkan Khalifah yang ketiga ini.
Perasaan tidak senang muncul di daerah-daerah dari Mesi, sebagai reaksi
terhadap dijatuhkanya Umar Ibn Al-As yang oleh Abdullah Ibn Abi-Sarti, Allah
satu anggota keluarga Usman. Sebagai Gubernur Mesir lima ratus Pemeberontak
berkumpul dan kemudian bergerak ke Madina. Perkembangan suasana di Madinah
selanjutnya membawa pada pembunuhan Usman oleh Pemuka-pemuka,
Pemberontak-Pemberontak dari Mesir.
1. Muhammad
Prophen and statesmen, Oxford Universiti Press 1961 hal 222/3
2. Lihat
shorter Encyclopedia of Islam, Ceiden E.J Birll 1961 hal 534
Setelah Usman
Wafat ‘Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah yang ke empat. Tetapi ia
langsung mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pila menjadi
Khalifah, terutama Talhah dan Zubeir dari Mekah yang mendapat sokongan dari
Aisyah. Tantangan dari Aisyab, Talhah dan Zubeir ini dipatahkan Ali dalam
Pertempuran y terjadi di Irak tahun 656. Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan
Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.
Tantangan kedua
datang dari Muawiyah Gubernur Damaskus dan Keluarga yang dekat bagi Usman. Sebagaimana
halnya Talhah dan Zubeir. Ia tidak mau mengakui Ali sebagai Khalifah. Ia
menuntut kepada Ali supaya menghukum pembunuh. Pembunuh Usma, bahkan ia menuduh
Ali turut campur dalam soal pembunuhan itu.4). salah seorang pemuka
pemberontakkan-pemberontakkan Mesir yang datang ke Madinah dan kemudian
membunuh. Usman adalah Muhammad Ibn ABI BAKI di angkat menjadi Gubernur Mesir.6).
Adanya
dua orang khalifah dalam suatu masa.
Peperangan SIFFIN tercetus apabila
Mu’awiyah, Gubernur Syam telah menentang pelantikan sayyidina ‘Ali sebagai
Khalifah yang sah dan sebaliknya telah mengistirahatkan dirinya sendiri sebagai
kahlifah. Dalam perperangan tersebut, tak kala tentara Mu’awiyah berada di
ambang kekelahan kepada tentara-tentara sayyidina “Ali maka Mu’awiyah telah
dinasehatkan oleh ‘Amr bin ‘As (yang terkend dengan putar belitnya) untuk
menggunakan tipu helah dengan menyeru kepada perdamaian dan perpaduan semua ia
Ummah.
Maka tentara Mu’awiyah telah
meletakkan Al-Qur’an di ujung pedang mereka lalu meminta hentikan peperangan
dan kembali kepada hukum Allah (Swt). Pihak Mu’Awiyah yang hampir kalah itu
minta diadakan rungingan untuk menyatu padukan semula Ummah. Mu’Awiyah yang
hendak kalah itu yang meminta. Penasehat kepada Sayyidina All adalah seorang
tua yang warak alaim dan lurus yang bernaba Abu Musa Al-Asyiari. Memandangkan
kononya Mu’awiyah hendak kembali ke jalan Allah (Swt) maka Abu Musa telah
Menasehatkan supaya diterima cadangan tersebut.
Sayyidina Ali pada mulanya hendak
meneuskan peperangana karena beliau sadar ianya sekedar tartik perang si
Mu’awiyah, lagi pun sayyidiyah Ali kenal wajah-wajah yang tidak ikhlas dan
putarbelit itu (ia itu Mu’awiyah dan ‘Amr Gin’As). Namun begitu, sebagai
seseorang yang bepegang kuat kepada hukum, Sayyidah ‘Ali telah menerima nasehat
Abu Musa. Maka berlakulah gencatan senjata dan rundingan perdamaian yang di
cadangkan itu. Sekumpulan tentara Sayyidina Ali tidak bersetuju karena dalam
firasat meraka Mu’awiyah dan Amr bin”As adalah kalangan orang yang tidak jujur.
Dan hanya mau melepaskan diri dari keadaan terdesak yang di hadapi.
3. Tarikh
al-Tabari (selanjutnya desebut Tarikh, dan Al-Maarif 1963 Jilid V hal 7
4. Ibia
jilid IV halalaman 353,357,391 dan 393 jilid III hal.426 dan jilid V halaman
154
5. Ibia,
jilid IV hal 555 7. Ibia-jilid V. Halaman 70-71
Melihat
kepada wajah-wajah Mu’awiyah dan ‘Amr-bin ‘As pun sudah dapat di anggap bahwa
meraka adalah manusia yang tidak boleh dipercayai. Pasukan tentara di bawah
sayyidina Ali yang tidak bersetuju itu keluar dari barisan dan telah
menumbuhkan kumpulan Khawarij. Mu’awiyah diwakilkan dan penasehat beliau, ‘Amru
bin ‘As yang muda, licik dan terkenal dengan putarbelitnya. Sayyidina ‘Ali juga
diwakilkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari, seorang tua yang alim, warak dan lurus
orangnya.
Dalam
pertemuan tersebut ‘Amru bin ‘As telah mengutamakan cadangan yang sangat
menarik tetapi mempunyai agenda jahat yang tersembunyi. Menurut Amru bin As,
karena perpecahan umat Islam berpuncak dari adanya dua orang khalifah pada satu
masa, maka mupakat antar keduanya perlu di pecat dan setelah itu dilantik.
Salah seorang dari kaum Muslimin. Orang akan di lantik semula sebagai khalifah
adalah ‘Ali cadangan yang memihak kepada “Ali itu memang sangat menarik dan
telah diterima oleh Abu Musa Al-Asy’ari. Maka diaturlah majelih untu memecat
kedua-duanya, “Ali dan Mu’awiyah. Tradisi menyebutkan bahwa Abu Musa Al-
Asy-ari sebagai yang tertua, terlebih dahalu yang berdiri mengumumkan pemecatan
Ali kepada orang ramai. Berupa putusan memembatalkan (menjatuhkan) kedua pemuda
yang betentangan yaitu ‘Ali dengan Mu’awiyah. Ketika tiba giliran Amr Ibn Al-As
berdiri memilki pentas sebagai wakil Mu’Awiyah. Dalam majelis tersebut
berlainan dengan apa yang disetujui, dalam majelis tersebut Amru bin As yang
licik bahkan telah memutar belit berkata tidak memeccat Mu’awiyah dan hanya
menyetujui pemecatan ‘Ali yang telah diumumkan Abu Musa Al-Asy’ari tetap
menolak penjatuhan Mu’awiyah.
Amru
Gin ‘As telah berkata, oleh karena puncak permasalahan adalah disebabkan adanya
dua orang khalifah dalam satu masa dan memandang Abu Musa telah memecat Ali
maka kini hanya tinggal seorang khalifah yaitu Mu’awiyah dan dengan itu
Muawiyah kekal sebagai khalifah. Jelas pihak sayyidina “Ali telah ditipu secara
nyata sekali akibat dari penipuan puak Mu’awiyah itu maka peperangan dan
perpecahan telah tercetus semula lebih hebat lagi. Peperangan siffin adalah
merupakan sebuah sejarah yang amat pahit.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah pahit
tentang perang Siffin Penulis menguraikan sedikit pada makah ini. Disini
penulis hanya mengingatkan, supaya Ummat Islam tidak melupakan sejarah.
Peristiwa perang
Siffin di jadikan pengajaran penting juga perlu mengambil ikhtibar dari
padanya. Tegas antara puncak utama masalah yang dihadapi oleh umat Islam apa
adanya golongan yang tidak senang dengan Islam yang sebenar. Ini bukanlah perkara yang baharu-sejak zaman
sayyidina ‘Ali lagi sudah ada golongan yang tidak senang dengan Islam yang
sebenarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Nasution,
Harun 1973, Teolog islam aliran-aliran sejarah. Jakarta : penerbit Universitas
Indonesia.
2.
Hanaf
A, 1962. Teologi Islam (ilmu kalam). Jakarta : Bulan Bintang
3.
Nasution
Harun. 1972. Teologi Islam-Jakarta : yayasan penerbit Indonesia
4.
Lubis
Ridwan. 1988. Perkembangan pemikiran dalam Islam Sub Limun Kalam. Medan :
Dirasatul ‘Ula.
0 komentar:
Posting Komentar