Kategori: HEADLINE
dnaberita/guzleo
M.LABUHAN | DNA – gara-gara rebutan jadi Kepsek, 2 oknum PNS Asmiati dan
Dermawati Napitupulu nyaris baku hantam dan jambak-jambakan. Kedua PNS
yang tak patut dicontoh itu ribut soal setatus Kepala SMP Negeri 44
Medan. Parahnya tindakan tak terpuji itu berlangsung dihadapan ratusan
siswa-siswi dan puluhan masyarakat Kelurahan Nelayan Indah. Selasa
(03/09/2013).
Keributan tersebut berawal dari Kepala SMP Negeri 44 Medan yang baru, Asmiati. Saat itu, Asmiati didampingi suami dan keluarganya yang lain datang ke SMP Negeri 44 Medan untuk mengambil gaji sekaligus meninjau sekolah yang menurutnya berdasarkan SK Walikota Medan. Kedatangan Asmiati dan rombongan dihadang ratusan siswa/i yang menimba ilmu di sekolah milik pemerintah itu.
Kendatipun begitu, Asmiati yang sejak bulan Mei 2013 tercatat sebagai Kepala SMP Negeri 44 Medan itu berupaya mengenalkan diri kepada ratusan siswa yang menghadangnya. Namun sayang, niat baik Asmiati ditolak siswa sambil menyebut yel-yel sebagai dukungan kepada Dermawati.
Suasana di luar pagar gedung SMP Negeri 44 Medan itu berobah jadi hingar bingar setelah Kepala SMP Negeri 44 Medan yang lama Dermawati ke luar temui Asmiati dan rombongan. Tak hayal lagi ribut mulut pun terjadi dan nyaris jambak-jambakan. Aksi ke 2 orang PNS yang layaknya orang tak berpendidikan itu berhenti setelah tokoh-tokoh masyarakat Kelurahan Nelayan Indah datang melerai pertikaian.
Dermawati bertahan di SMP Negeri 44 Medan karena dirinya merasa dizolimi pejabat di Dinas Pendidikan. Sebagai guru berprestasi, Dermawati tak terima jabatannya sebagai kepala SMP Negeri 44 Medan di copot tanpa kesalahan. Menurut pengakuan Dermawati, dirinya diminta Rp 200 juta oleh Sekretaris Dinas Pendidikan kota Medan Murgap Harahap sebagai peluru perpindahan jabatannya sebagai kepala di SMA Negeri 15 Medan.
Disisi lain, terhendus kabar kalau Asmiati sanggup memberikan peluru (uang pelicin-red) senilai Rp 200 juta kepada oknum pejabat Dinas Pendidikan kota Medan yang diserahkan melalui oknum anggota DPRD Medan, hingga Asmiati mengantongi SK pengangkatan dan penugasan di SMP Negeri 44 Medan.
Kepala SMP Negeri 44 Medan yang lama Dermawati Napitupulu ketika dikonfirmasi di ruangannya, mengaku tidak akan pernah meninggalkan sekolah sebelum ada kepastian dari Disdik Medan. “Saya sudah dizolimi, sampai mati pun saya akan tetap bertahan di sekolah ini (SMP Negeri 44 Medan-red), sampai ada kejelasan (pindah sebagai kepala di sekolah lain-red) dari Dinas Pendidikan kota Medan”. Kata Dermawati.
Lain hal dengan Asmiati. Dirinya (Asmiati-red) mengaku datang ke SMP Negeri 44 Medan untuk mengambil gaji dan melihat sekolah yang merupakan tanggung jawabnya berdasarkan SK Walikota Medan. “Saya mau mengambil gaji dan melihat sekolah ini. Saya datang berdasarkan SK Walikota Medan yang mengangkat dan menugaskan saya sebagai kepala SMP Negeri 44 Medan. Saya hanya minta agar ini diluruskan”. Kata Asmiati.(Guz/Lbh).
Keributan tersebut berawal dari Kepala SMP Negeri 44 Medan yang baru, Asmiati. Saat itu, Asmiati didampingi suami dan keluarganya yang lain datang ke SMP Negeri 44 Medan untuk mengambil gaji sekaligus meninjau sekolah yang menurutnya berdasarkan SK Walikota Medan. Kedatangan Asmiati dan rombongan dihadang ratusan siswa/i yang menimba ilmu di sekolah milik pemerintah itu.
Kendatipun begitu, Asmiati yang sejak bulan Mei 2013 tercatat sebagai Kepala SMP Negeri 44 Medan itu berupaya mengenalkan diri kepada ratusan siswa yang menghadangnya. Namun sayang, niat baik Asmiati ditolak siswa sambil menyebut yel-yel sebagai dukungan kepada Dermawati.
Suasana di luar pagar gedung SMP Negeri 44 Medan itu berobah jadi hingar bingar setelah Kepala SMP Negeri 44 Medan yang lama Dermawati ke luar temui Asmiati dan rombongan. Tak hayal lagi ribut mulut pun terjadi dan nyaris jambak-jambakan. Aksi ke 2 orang PNS yang layaknya orang tak berpendidikan itu berhenti setelah tokoh-tokoh masyarakat Kelurahan Nelayan Indah datang melerai pertikaian.
Dermawati bertahan di SMP Negeri 44 Medan karena dirinya merasa dizolimi pejabat di Dinas Pendidikan. Sebagai guru berprestasi, Dermawati tak terima jabatannya sebagai kepala SMP Negeri 44 Medan di copot tanpa kesalahan. Menurut pengakuan Dermawati, dirinya diminta Rp 200 juta oleh Sekretaris Dinas Pendidikan kota Medan Murgap Harahap sebagai peluru perpindahan jabatannya sebagai kepala di SMA Negeri 15 Medan.
Disisi lain, terhendus kabar kalau Asmiati sanggup memberikan peluru (uang pelicin-red) senilai Rp 200 juta kepada oknum pejabat Dinas Pendidikan kota Medan yang diserahkan melalui oknum anggota DPRD Medan, hingga Asmiati mengantongi SK pengangkatan dan penugasan di SMP Negeri 44 Medan.
Kepala SMP Negeri 44 Medan yang lama Dermawati Napitupulu ketika dikonfirmasi di ruangannya, mengaku tidak akan pernah meninggalkan sekolah sebelum ada kepastian dari Disdik Medan. “Saya sudah dizolimi, sampai mati pun saya akan tetap bertahan di sekolah ini (SMP Negeri 44 Medan-red), sampai ada kejelasan (pindah sebagai kepala di sekolah lain-red) dari Dinas Pendidikan kota Medan”. Kata Dermawati.
Lain hal dengan Asmiati. Dirinya (Asmiati-red) mengaku datang ke SMP Negeri 44 Medan untuk mengambil gaji dan melihat sekolah yang merupakan tanggung jawabnya berdasarkan SK Walikota Medan. “Saya mau mengambil gaji dan melihat sekolah ini. Saya datang berdasarkan SK Walikota Medan yang mengangkat dan menugaskan saya sebagai kepala SMP Negeri 44 Medan. Saya hanya minta agar ini diluruskan”. Kata Asmiati.(Guz/Lbh).
0 komentar:
Posting Komentar