PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan, oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu di lakukan
terus menerus sebagai kepentingan masa depan.
Sekolah merupakan
lingkungan pendidikan formal, dimana terlaksana serangkaian kegiatan terencana,
terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses pembelajaran di kelas.
Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif menuju
kedewasaan, sejauh sebagai perubahan itu dapat di usahakan melalui usaha dalam
proses pembelajaran.
Belajar akan
menghasilkan perubahan pada diri seseorang, untuk mengetahui sampai seberapa
yang terjadi perlu penilaian. Begitu pula yang terjadi pada seorang siswa yang
mengikuti peroses pembelajaran di sekolah, harus selalu di lakukan penilaian
terhadap hasil belajar nya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai
sasaran belajarnya.
Matematika
adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan,
Melalui pelajaran matematika diharapkan siswa semakin mampu berhitung,
menganalisa, berpikir kritis, serta menerapkan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
1
|
Berdasarkan
pengamatan, peneliti masih melihat banyak hal yang harus dibenahi dalam proses
pembelajaran matematika di SD ALWashliyah 4 Medan, Guru sebagai pengelola kelas
belajar harus dapat memilih strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa akan perlunya mempelajari
matematika disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, dalam operasi campuran bilangan bulat.
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti, kondisi yang terjadi pada SD AL Washliyah 4 Medan dari awal
menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan materi disertai
contoh soal kemudian diberi latihan. Maka dari itu peneliti
melakukan pemberian tes kepada siswa kelas V SD AL Washliyah 4 yang telah mempelajari
materi operasi campuran bilangan bulat kemudian peneliti memperoleh hasil
belajar siswa. Adapun rata-rata dan persentase hasil belajar (tes) siswa yang
peneliti lakukan di kelas V adalah :
Tabel 1.1 nilai Tes awal (Pre Tes) matematika siswa
kelas V SD AL Washliyah 4 tahun ajaran 2013/2014
No
|
Nilai
|
Frekuensi
|
1
|
50
|
3
|
2
|
55
|
2
|
3
|
60
|
4
|
4
|
65
|
2
|
5
|
70
|
7
|
6
|
75
|
6
|
7
|
80
|
7
|
Jumlah Siswa
|
31
|
|
Rata-rata Nilai
|
68.70
|
|
KKM
|
70
|
|
% Ketuntasan Klasikal
|
64%
|
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil tes matematika siswa
pada materi operasi campuran bilangan bulat masih rendah. Rendahnya pencapaian hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika serta ketidak tepatan guru
dalam memilih dan menerapkan model maupun metode pembelajaran untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
Dimana dari pernyataan ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa
guru kelas ini menggunakan pembelajaran konvensional (pembelajaran ekspositori
klasikal). Maka dari pernyataan diatas peneliti akan mencoba melakukan model
pembelajaran yang baru pada materi ini yaitu dengan pembelajaran kooperatif. Kooperatif yaitu suatu pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Karena pembelajaran yang
bermakna membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa “mengalami”
apa yang di pelajarinya, bukan hanya mengetahui saja. Pembelajar yang berorientasi
target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam
jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan masalah dalam
kehidupan jangka panjang. Ini semua
dapat dilihat dari kurangnya pemahaman siswa dalam operasi hitung campuran
bilangan bulat yang dimungkinkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya
dalam kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu,
perlu suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan siswa terutama dalam operasi campuran bilangan bulat.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe (STAD) yang melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan akan
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, saling membantu dan saling
bekerja sama sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan
latar belakang yang diuraikan tersebut, peneliti bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul: “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD)
Pada Materi Operasi Hitung
Campuran Bilangan Bulat di kelas VII
SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah
dikemukakan, di peroleh suatu perumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran metematika pada pokok
bahasan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di Kelas VII SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015
2.
Apakah dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran metematika pada pokok
bahasan operasi campuran bilangan bulat di kelas VII SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk
mengetahui apakah dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatan Hasil Belajar Siswa pada pokok
bahasan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 29 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015”
2.
Untuk
mengetahui apakah dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
dapat meningkatan Minat Belajar siswa pada pokok bahasan Operasi Hitung
Campuran Bilangan Bulat di Kelas VII
SMPN 29 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015
D.
Manfaat
Hasil Penelitian
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berarti
terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama :
1.
Bagi guru, menjadi
masukan mengenai pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD)
2.
Bagi siswa, melalui
model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) diharapkan siswa dapat menjadi lebih
aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga siswa yang menjadi
pusat belajar. Dan dengan bertambahnya keaktifan siswa maka akan menambah
pengetahuan mereka akan matematika.
3.
Sebagai bahan masukan
yang dapat dimanfaatkan oleh praktisi pendidikan dalam menentukan alternatif
model pembelajaran matematika.
4.
Bagi orang tua,
memberikan informasi dalam membantu para peserta didik pada saat belajar
dirumah.
5.
Bagi sekolah, akan
menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar dalam
peningkatan mutu proses pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD)
E.
Defenisi
Operasional
1.
Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan 6 fase yaitu : fase 1 menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, fase
2 menaikan/menampaikan informasi, fase 3 mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar, fase 4 membimbing kelompok bekerja dan belajar, fase
5 evaluasi, fase 6 memberikan penghargaan
2.
Minat belajar adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan
seseorang terhadap hasil belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi
dan keaktifan dalam belajar.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian
Pustaka
1.
Pengertian
belajar
Belajar adalah
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya
di alami oleh siswa sendiri, Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya peroses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh
sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Tindakan belajar tentang suatu hal
tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Menurut Dimyanti, dan
Mujiono (2006:18) mengatakan belajar merupakan peroses internal yang kompleks,
seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, psikomotorik
Menurut
pandangan B.F Skiner (2009:14 dalam Saiful
Sagala) belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progressif,
belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka
responya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar, maka responya
menurun. Jadi belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang
terjadinya respons. seorang anak belajar sungguh-sungguh dengan demikian pada
waktu ulangan siswa tersebut dapat menjawab semua soal dengan benar. atas hasil
belajarnya yang baik itu dia mendapatkan nilai yang baik, Karen mendapatkan
nilai yang baik ini, maka anak akan belajar lebih giat lagi.
Menurut
pandangan Robert M.Gagne 2009:17, (dalam
Syaiful Sagala) belajar merupakan kegiatan yang
kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas
disebabkan: (a)stimulus yang berasal dari lingkungan; dan (b)Proses kongnitif
yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki
keterampilan,pengetahuan,sikap, dan nilai.
Dengan demikian ditegaskan, belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati
pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada
hasilnya yang dapat diperhatikan, anak-anak demikian juga orang dewasa dapat
mengingat kembali kata-kata yang pernah didengar atau dipelajarinya. Atau
mengingat bagai mana cara memecahkan hitungan. Menatakan kembali apa yang
dipelajari lebih sukar dari pada sekedar mengenal sesuatu kembali.
Menurut
pandangan piaget (2009:24 dalam Saiful Sagala) belajar adalah mempelajari
berfikir pada anak-anak, sebab ia yakin dengan cara ini ia akan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan epistemology, seperti “bagai manakah kita memperoleh
pengetahuan” dan bagai mana kita tahu apa yang kita ketahui”.
Menurut pendapat
Carl R.Rogers (2009:29 dalam Saiful
Sagala) belajar adalah peraktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran,
bukan pada siswa yang belajar. Peraktek tersebut ditandai oleh peran guru yang
dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Alasan pentingnya guru
memperhatikan perinsip pendidikan dan pembelajaran adalah:
a.
Menjadi manusia berarti
memiliki kekuatan wajar untuk belajar, siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak
ada artinya;
b.
Siswa akan mempelajari
hal-hal yang bermakna bagi dirinya;
c.
Pengorganisasian bahan
pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa;
d.
Belajar yang bermakna
bagi masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar,
keterbukakan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan
pengubahan diri terus-menerus.
Dalam kehidupan
manusia tidak akan pernah putus dari hal yang dikatakan belajar, tanpa di
sadari manusia tersebut, Hari-hari yang dilaluinya semua adalah peroses atau
hasil dari belajar mulai dari belajar bicara, berjalan, sampai melakukan
hal-hal yang kompleks bagi hidupnya. Menurut Mujiono dan Dimyati ( 2006:7)
mengatakan “ belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks yang
hanya dialami oleh siswa itu sendiri”.
Dari semua pernyataan di atas
penelitian dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah tindakan dan perilaku siswa
yang kompleks yang dialami sendiri yang dapat melalui kegiatan atau tingkah
laku belajar yang saling bekerja sama secara terpadu, atau belajar dapat
sebagai usaha berlatih untuk mendapatkan kepandaian. Berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan sangat terkandung pada proses belajar dan mengajar yang
dialami siswa ketika siswa berada disekolah maupun berada dilingkungan
keluarganya sendiri.
2.
Hasil
belajar
Guru merupakan
pendidik yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar yang diharapkan
mampu menciptakan kinerja pendidikan yang bermutu, kegiatan pendidikan tidak
lagi dapat dilakukan dengan cara ilmiah yang didasarkan pada naluri tetapi
harus dengan pendekatan yang kompleks. anak didik sekarang tidak lagi
menghadapi kehidupan yang sederhana, tetapi sekaligus sudah dihadapkan dengan
dunia yang serba kompleks. salah satu contoh adalah penentuan standar kelulusan
yang sangat tinggi dalam menghadapi ujian nasional.
Dalam proses
pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh
bagaimana proses pembelajaran yang di alami oleh siswa. Oleh sebab itu,
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak terjadi
sendirinya, melainkan sebagai usaha dari individu itu sendiri, perubahan yang
terjadi sebagai hasil dari proses belajar.
Guru adalah
ujung tombak pembelajaran, Guru harus mampu meningkat kan hasil belajar siswa.
Hasil belajar tidak akan bagus apa bila guru tidak mempersiapkan dirinya dalam
pembelajaran yang dibantu sebagai pendukung diantaranya adalah metode kerja
kelompok maka hasil siswa akan meningkat. Guru harus memberikan soal latihan
setelah pembelajaran berlangsung agar dapat mengetahui seberapa besar hasil
belajar yang dilakukan.
Sudjana
(2009:22) mengatakan : “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yakni a. keterampilan dan
kebiasaan, b. pengetahuan dan pengertian c. sikap dan cita-cita”. Mujiono dan
Dimyati (2006;3) mengatakan : “hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindakan belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak mengajar
diakhiri dengan peroses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.
Dari pernyataan
di atas penelitian dapat menyimpulkan pengertian hasil belajar. Dimana
pengertian hasil belajar adalah bahwa proses belajar mengajar tidaklah diawali
begitu saja dan tidaklah pula diakhiri begitu saja tanpa adanya usaha
(evaluasi) yang dilakukan guru. Itu semua untuk mengetahui sejauh mana hasil
belajar yang telah dicapai siswa pada proses pembelajaran yang telah dilakukan
oleh guru dan siswa.
Materi pelajaran
yang ada di sekolah adalah bagian-bagian yang terhubung yang dimulai dari hal
sederhana hingga hal yang kompleks. jadi bagaimana mungkin siswa akan berhasil
mencapai tingkat hasil belajar yang diharapkan untuk satu pokok bahasan,
sedangkan ia belum dapat memahami dasar pokok bahasan yang lalu. Dalam hal ini
guru harus aktif dalam pelaksanaan evaluasi diakhir pokok bahasan. fungsi
evaluasi adalah untuk menilai sejauh mana tingkat kemajuan dan hasil belajar
siswa dengan mengukur kemampuan siswa menguasai kemampuan pokok bahasan yang
dipelajari.
Dalam hal ini
evaluasi atau penelitian tidak dilakukan pada langkah akhir dari kegiatan
pengajaran, melainkan penelitian sebenarnya adalah peroses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami peroses pembelajaran dengan benar. Gambaran tentang kemajuan
belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penelitian
sebenarnya tidak hanya dilakukan diakhir priode seperti akhir semester.
Evaluasi hasil belajar dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar
adalah ukuran tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas, dan
eksistensi ke adaan belajar. Hasil belajar itu sendiri melukiskan tingkat
pencapaian siswa atas tujuan instruksional yang telah ditetapkan oleh guru.
Hasil belajar dipengaruhin oleh dua faktor
utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan aktif dari luar diri siswa
atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri menyangkut kemampuan yang
dimiliki siswa. Ada beberapa faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian,
sikap, kebiasan, belajar, ketentuan, kondisi sosial ekonomi, fisik dan psikis.
Faktor-faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan
dicapai.
Hasil belajar
merupakan segala prilaku yang dimiliki seseorang akibat proses belajar yang
dialaminya dan ditempuhnya. Dengan kata lain hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan
kemampuan yang dicapai oleh pembelajar/siswa. Hasil belajar bukanlah sekedar
penguasan suatu hasil latihan melaikan adanya perubahan perilaku tahap demi
tahap yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian. Hasil belajar
akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut, yaitu: aspek
pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.
Hasil belajar
dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi yang berguna untuk mengetahui
sampai dimana pencapaian siswa terhadap suatu tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Dengan evaluasi pendidikan juga dapat memperoleh timbal balik yang
kemudian digunakan mengembangkan peroses pembelajaran. Dari defenisi-defenisi
di atas, dapat di simpulkan bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektip dan psikomotor.
Maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.
3. Pengertian Model Pembelajaran
Sebelum
kita membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu akan kita kaji apakah
yang dimaksud dengan model. Yang dimaksud model menurut kamus W.J.S.
Poerwadarminta adalah sesuatu yang patut ditiru, sedangkan arti lainnya adalah
pola atau contoh. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan
oleh Bruce dan koleganya (Bruce Joyceetal.,1992). Terdapat beberapa pendekatan
pembelajaran yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil. Dalam
penjelasan dan pencatatan tiap-tiap pendekatan dikembangkan suatu sistem
penganalisisan dari sudut dasar teorinya, tujuan pendidikan, dan perilaku guru
dan siswa yang diperlukan untuk melaksanakan pendekatan itu agar berhasil. “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain”(Joyce dan Weil dalam Rusman, 2012: 133).
Dalam pembelajaran, berbagai masalah
sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran,
maka perlu adanya model- model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru
dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas
sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia
sebenarnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51).
Berbeda dengan pendapat di atas, dikemukakan bahwa model mengajar merupakan suatu
kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan
pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi
sebagai pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2009:
176)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang
digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran
digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelompok
.istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,
metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri
tersebut ialah :
a.
Rasional
teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
c.
Tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil.
d.
Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. ( Kardi
dan Nur , 2000 : 9 )
Selain memperhatikan rasional teoretik,
tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima
unsur dasar (Joyce & Weil, 1980), yaitu :
a.
syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran,
b.
social system, adalah suasana dan norma yang
berlaku dalam pembelajaran,
c.
principles of reaction, menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
d.
support
system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan
e.
instructional dan nurturant effects—hasil
belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional
effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
HP : 085262262564 untuk minta filenya...
GRATIS...........!
0 komentar:
Posting Komentar