Headlines News :

DILIGENCE IS THE WAY TO PROSPER

kerajinan adalah satu Jalan Keberuntungan..!!!
Home » » Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di kelas VII SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di kelas VII SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015

Written By Yhannu Hanya Berbagi......... on Kamis, 02 Juli 2015 | 19.00

 BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu di lakukan terus menerus sebagai kepentingan masa depan.
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal, dimana terlaksana serangkaian kegiatan terencana, terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses pembelajaran di kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif menuju kedewasaan, sejauh sebagai perubahan itu dapat di usahakan melalui usaha dalam proses pembelajaran.
Belajar akan menghasilkan perubahan pada diri seseorang, untuk mengetahui sampai seberapa yang terjadi perlu penilaian. Begitu pula yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti peroses pembelajaran di sekolah, harus selalu di lakukan penilaian terhadap hasil belajar nya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai sasaran belajarnya.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, Melalui pelajaran matematika diharapkan siswa semakin mampu berhitung, menganalisa, berpikir kritis, serta menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
1
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendah atau kurangnya kemampuan siswa dalam mempelajari matematika, salah satu diantaranya adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya pembelajaran yang beriorentasi pada pendekatan tradisional yang menempatkan siswa hanya sebagai pendengar. Akibatnya, siswa jenuh dalam belajar matematika dan tidak termotivasi untuk mendalami matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan dan penuh tantangan.
Berdasarkan pengamatan, peneliti masih melihat banyak hal yang harus dibenahi dalam proses pembelajaran matematika di SD ALWashliyah 4 Medan, Guru sebagai pengelola kelas belajar harus dapat memilih strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar  siswa akan perlunya mempelajari matematika disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, dalam operasi campuran bilangan bulat.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, kondisi yang terjadi pada SD AL Washliyah 4 Medan dari awal menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan materi disertai contoh soal kemudian diberi latihan. Maka dari itu peneliti melakukan pemberian tes kepada siswa kelas V SD AL Washliyah 4 yang telah mempelajari materi operasi campuran bilangan bulat kemudian peneliti memperoleh hasil belajar siswa. Adapun rata-rata dan persentase hasil belajar (tes) siswa yang peneliti lakukan di kelas V adalah :
Tabel 1.1 nilai Tes awal (Pre Tes) matematika siswa kelas V SD AL Washliyah 4 tahun ajaran 2013/2014
No
Nilai
Frekuensi
1
50
3
2
55
2
3
60
4
4
65
2
5
70
7
6
75
6
7
80
7
Jumlah Siswa
31
Rata-rata Nilai
68.70
KKM
70
% Ketuntasan Klasikal
64%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil tes matematika siswa pada materi operasi campuran bilangan bulat masih rendah. Rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika serta ketidak tepatan guru dalam memilih dan menerapkan model maupun metode pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Dimana dari pernyataan ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa guru kelas ini menggunakan pembelajaran konvensional (pembelajaran ekspositori klasikal). Maka dari pernyataan diatas peneliti akan mencoba melakukan model pembelajaran yang baru pada materi ini yaitu dengan pembelajaran kooperatif. Kooperatif  yaitu suatu pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Karena pembelajaran yang bermakna membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa “mengalami” apa yang di pelajarinya, bukan hanya mengetahui saja. Pembelajar yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan masalah dalam kehidupan  jangka panjang. Ini semua dapat dilihat dari kurangnya pemahaman siswa dalam operasi hitung campuran bilangan bulat yang dimungkinkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya dalam kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, perlu suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan siswa  terutama dalam operasi campuran bilangan bulat. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) yang melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan akan memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, saling membantu dan saling bekerja sama sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di kelas VII SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran  2014/2015”

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah  yang telah dikemukakan, di peroleh suatu perumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.             Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif  Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran metematika pada pokok bahasan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di Kelas VII SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran  2014/2015
2.             Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif  Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran metematika pada pokok bahasan operasi campuran bilangan bulat di kelas VII SMP N 29 Medan Tahun Pelajaran  2014/2015?

C.           Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui apakah dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatan Hasil Belajar Siswa pada pokok bahasan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 29 Medan Tahun Pelajaran  2014/2015
2.        Untuk mengetahui apakah dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatan Minat Belajar siswa pada pokok bahasan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 29 Medan Tahun Pelajaran  2014/2015

D.           Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama :
1.             Bagi guru, menjadi masukan mengenai pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
2.             Bagi siswa, melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diharapkan siswa dapat menjadi lebih aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga siswa yang menjadi pusat belajar. Dan dengan bertambahnya keaktifan siswa maka akan menambah pengetahuan mereka akan matematika.
3.             Sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan oleh praktisi pendidikan dalam menentukan alternatif model pembelajaran matematika.
4.             Bagi orang tua, memberikan informasi dalam membantu para peserta didik pada saat belajar dirumah.
5.             Bagi sekolah, akan menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar dalam peningkatan mutu proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

E.  Defenisi Operasional
1.             Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan 6 fase yaitu : fase 1 menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, fase 2 menaikan/menampaikan informasi, fase 3 mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, fase 4 membimbing kelompok bekerja dan belajar, fase 5 evaluasi, fase 6 memberikan penghargaan
2.             Minat belajar adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang terhadap hasil belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.







BAB II
                                                KAJIAN PUSTAKA                   


A.           Kajian Pustaka
1.             Pengertian belajar
Belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya di alami oleh siswa sendiri, Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya peroses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Tindakan belajar tentang suatu hal tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Menurut Dimyanti, dan Mujiono (2006:18) mengatakan belajar merupakan peroses internal yang kompleks, seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, psikomotorik
Menurut pandangan B.F Skiner (2009:14 dalam Saiful Sagala) belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif, belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar, maka responya menurun. Jadi belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. seorang anak belajar sungguh-sungguh dengan demikian pada waktu ulangan siswa tersebut dapat menjawab semua soal dengan benar. atas hasil belajarnya yang baik itu dia mendapatkan nilai yang baik, Karen mendapatkan nilai yang baik ini, maka anak akan belajar lebih giat lagi.
Menurut pandangan Robert M.Gagne 2009:17,  (dalam Syaiful Sagala) belajar merupakan kegiatan yang  kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan: (a)stimulus yang berasal dari lingkungan; dan (b)Proses kongnitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,pengetahuan,sikap, dan nilai.
 Dengan demikian ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperhatikan, anak-anak demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang pernah didengar atau dipelajarinya. Atau mengingat bagai mana cara memecahkan hitungan. Menatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar dari pada sekedar mengenal sesuatu kembali.
Menurut pandangan piaget (2009:24 dalam Saiful Sagala) belajar adalah mempelajari berfikir pada anak-anak, sebab ia yakin dengan cara ini ia akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemology, seperti “bagai manakah kita memperoleh pengetahuan” dan bagai mana kita tahu apa yang kita ketahui”.
Menurut pendapat Carl R.Rogers  (2009:29 dalam Saiful Sagala) belajar adalah peraktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Peraktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Alasan pentingnya guru memperhatikan perinsip pendidikan dan pembelajaran adalah:
a.         Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar, siswa  tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya;
b.        Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya;
c.         Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa;
d.        Belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukakan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah putus dari hal yang dikatakan belajar, tanpa di sadari manusia tersebut, Hari-hari yang dilaluinya semua adalah peroses atau hasil dari belajar mulai dari belajar bicara, berjalan, sampai melakukan hal-hal yang kompleks bagi hidupnya. Menurut Mujiono dan Dimyati ( 2006:7) mengatakan “ belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri”.
Dari semua pernyataan di atas penelitian dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks yang dialami sendiri yang dapat melalui kegiatan atau tingkah laku belajar yang saling bekerja sama secara terpadu, atau belajar dapat sebagai usaha berlatih untuk mendapatkan kepandaian. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat terkandung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa ketika siswa berada disekolah maupun berada dilingkungan keluarganya sendiri.
2.             Hasil belajar
Guru merupakan pendidik yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar yang diharapkan mampu menciptakan kinerja pendidikan yang bermutu, kegiatan pendidikan tidak lagi dapat dilakukan dengan cara ilmiah yang didasarkan pada naluri tetapi harus dengan pendekatan yang kompleks. anak didik sekarang tidak lagi menghadapi kehidupan yang sederhana, tetapi sekaligus sudah dihadapkan dengan dunia yang serba kompleks. salah satu contoh adalah penentuan standar kelulusan yang sangat tinggi dalam menghadapi ujian nasional.
Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses pembelajaran yang di alami oleh siswa. Oleh sebab itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak terjadi sendirinya, melainkan sebagai usaha dari individu itu sendiri, perubahan yang terjadi sebagai hasil dari proses belajar.
Guru adalah ujung tombak pembelajaran, Guru harus mampu meningkat kan hasil belajar siswa. Hasil belajar tidak akan bagus apa bila guru tidak mempersiapkan dirinya dalam pembelajaran yang dibantu sebagai pendukung diantaranya adalah metode kerja kelompok maka hasil siswa akan meningkat. Guru harus memberikan soal latihan setelah pembelajaran berlangsung agar dapat mengetahui seberapa besar hasil belajar yang dilakukan.
Sudjana (2009:22) mengatakan : “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yakni a. keterampilan dan kebiasaan, b. pengetahuan dan pengertian c. sikap dan cita-cita”. Mujiono dan Dimyati (2006;3) mengatakan : “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan peroses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.
Dari pernyataan di atas penelitian dapat menyimpulkan pengertian hasil belajar. Dimana pengertian hasil belajar adalah bahwa proses belajar mengajar tidaklah diawali begitu saja dan tidaklah pula diakhiri begitu saja tanpa adanya usaha (evaluasi) yang dilakukan guru. Itu semua untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai siswa pada proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dan siswa.
Materi pelajaran yang ada di sekolah adalah bagian-bagian yang terhubung yang dimulai dari hal sederhana hingga hal yang kompleks. jadi bagaimana mungkin siswa akan berhasil mencapai tingkat hasil belajar yang diharapkan untuk satu pokok bahasan, sedangkan ia belum dapat memahami dasar pokok bahasan yang lalu. Dalam hal ini guru harus aktif dalam pelaksanaan evaluasi diakhir pokok bahasan. fungsi evaluasi adalah untuk menilai sejauh mana tingkat kemajuan dan hasil belajar siswa dengan mengukur kemampuan siswa menguasai kemampuan pokok bahasan yang dipelajari.

Dalam hal ini evaluasi atau penelitian tidak dilakukan pada langkah akhir dari kegiatan pengajaran, melainkan penelitian sebenarnya adalah peroses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami peroses pembelajaran dengan benar. Gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penelitian sebenarnya tidak hanya dilakukan diakhir priode seperti akhir semester. Evaluasi hasil belajar dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar adalah ukuran tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas, dan eksistensi ke adaan belajar. Hasil belajar itu sendiri melukiskan tingkat pencapaian siswa atas tujuan instruksional yang telah ditetapkan oleh guru. Hasil belajar dipengaruhin oleh dua faktor  utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan aktif dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Ada beberapa faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasan, belajar, ketentuan, kondisi sosial ekonomi, fisik dan psikis. Faktor-faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai.
Hasil belajar merupakan segala prilaku yang dimiliki seseorang akibat proses belajar yang dialaminya dan ditempuhnya. Dengan kata lain hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan kemampuan yang dicapai oleh pembelajar/siswa. Hasil belajar bukanlah sekedar penguasan suatu hasil latihan melaikan adanya perubahan perilaku tahap demi tahap yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut, yaitu: aspek pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.
Hasil belajar dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi yang berguna untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan evaluasi pendidikan juga dapat memperoleh timbal balik yang kemudian digunakan mengembangkan peroses pembelajaran. Dari defenisi-defenisi di atas, dapat di simpulkan bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektip dan psikomotor. Maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
3.  Pengertian Model Pembelajaran
 Sebelum kita membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu akan kita kaji apakah yang dimaksud dengan model. Yang dimaksud model menurut kamus W.J.S. Poerwadarminta adalah sesuatu yang patut ditiru, sedangkan arti lainnya adalah pola atau contoh. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Bruce Joyceetal.,1992). Terdapat beberapa pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil. Dalam penjelasan dan pencatatan tiap-tiap pendekatan dikembangkan suatu sistem penganalisisan dari sudut dasar teorinya, tujuan pendidikan, dan perilaku guru dan siswa yang diperlukan untuk melaksanakan pendekatan itu agar berhasil. “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”(Joyce dan Weil dalam Rusman, 2012: 133).
Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model- model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51). Berbeda dengan pendapat di atas, dikemukakan bahwa model mengajar merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2009: 176)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelompok .istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut ialah :
a.         Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.        Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c.         Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d.        Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.      ( Kardi dan Nur , 2000 : 9 )                                                                                                                                                                                  


Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil, 1980), yaitu :
a.    syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
b.    social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,
c.     principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
d.    support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan

e.     instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).


HP : 085262262564 untuk minta filenya...
GRATIS...........!
Share this article :

0 komentar:

Mengenai Saya

 
Support : Creating Website | Yhanu Lahagu | Yhanu Lahagu
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Lahagu Yhannu Lovers !!! - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Yhanu Lahagu