Headlines News :

DILIGENCE IS THE WAY TO PROSPER

kerajinan adalah satu Jalan Keberuntungan..!!!
Home » » MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Written By Yhannu Hanya Berbagi......... on Minggu, 04 Juni 2017 | 18.02

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA             PADA MATERI  PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN  KONTEKSTUAL DI KELAS  V SD AL-WASLIYAH   TIMBANG DELI AMPLAS T.A 2013/2014



SKRIPSI


OLEH :
.................................
NPM : ...........................












FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH
MEDAN
2014


BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
              Pendidikan  memegang peranan yang sangat  penting bagi  pengembangan siswa agar kelak  menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian. “Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan bepikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Permen No. 22 Tahun 2006).” “Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (KTSP 2006;109).”
              Menurut Depdiknas (2006: 388), bahwa: “Mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika; (2) Menggunakan penalaran; (3) Memecahkan masalah; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, De Lange (2004:12),  mengemukakan bahwa: “Beberapa kompetensi atau kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai para siswa selama proses pembelajaran matematika di kelas adalah: (1) Berpikir dan bernalar secara matematis; (2) Berargumentasi secara matematis; (3)Berkomunikasi secara matematis; (4) Pemodelan (modelling); (5) Penyusunan dan pemecahan masalah;  (6) Menyusun, memformulasi, mendefinisikan, dan memecahkan masalah dengan berbagai cara; (7) Representasi.”
Tercapainya tujuan pembelajaran ini tidak terlepas proses pembelajaran yang baik. Menimbang bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah untuk kebaikan peserta didik di masa depan hendaknya pembelajaran harus berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik merasakan bahwa matematika itu penting untuk dipelajari dan memiliki manfaat yang cukup besar dalam kehidupan. Dengan demikian peserta didik akan memiliki semangat dan motivasi dalam mempelajari matematika.
Dalam pembelajaran di kelas materi pecahan merupakan materi yang memiliki peranan penting dalam pembelajaran, menimbang bahwa pecahan itu dipelajari bukan untuk matematika saja tetapi diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang mampu mengoperasikan pecahan akan lebih mudah mengerjakan soal matematika yang berhubungan dengan pecahan, siswa akan memiliki satu dasar yang kuat untuk mempelajari cabang matematika yang lainnya. Sehingga suatu pendekatan pembelajaran lebih memuat siswa aktif dan terampil dalam pembelajaran dan meningkatkan perestasi siswa.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru matematika, Sori Aman di SD Al-Wasliyah Timbang Deli bahwa siswa masih kesulitan memahami konsep matematika khususnya pada materi pecahan, hal itu dapat terlihat dari hasil ulangan harian matematika dari 33 siswa sebanyak 23 siswa (70%) tidak mencapai KKM yang  telah ditetapkan. Seharusnya pembelajaran dikatakan berhasil dengan baik apabila siswa dapat menguasai materi dengan mendapat nilai 60, yaitu kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan dalam kurikulum sekolah.
Masalah ini terjadi karena kurangnya variasi metode yang digunakan guru. Guru hanya menggunakan satu metode yang masih bersifat konvensional dimana proses pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa hanya sebagai objek belajar bukan subjek belajar dan guru juga kurang memanfaatkan kehidupan siswa dalam pembelajaran, dan kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik belajar matematika. Bila ditinjau dari sisi siswanya sendiri, masalah ini disebabkan kurangnya minat belajar, siswa kurang tertarik dan bosan belajar matematika. Sehingga siswa hanya belajar matematika sebagai rutinitas sehari-hari tanpa ada kesadaran untuk menambah pengetahuan, siswa kurang aktif dalam belajar matematika, kurang memberikan inisiatif atau pertanyaan dan kurang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Penyebab lainnya yaitu siswa sulit belajar pecahan karena konsep dalam pembelajaran terlalu matematis. Padahal anak SD yang umumnya berusia 6-12 tahun masih belajar pada tahap operasional konkrit. Artinya siswa belajar dari hal-hal yang nyata.
Masalah di atas tidak boleh dibiarkan, karena pecahan merupakan konsep dasar yang harus dimiliki siswa dalam melakukan perhitungan matematika. Bilangan pecahan merupakan salah satu materi yang termasuk ke dalam aspek bilangan. Materi bilangan pecahan dipelajari dari kelas III sampai kelas VI dengan sub pokok materi yang bervariasi mulai dari mengenal pecahan sederhana (biasa), pecahan campuran, pecahan desimal, pecahan persen dan perbandingan serta skala. Oleh sebab itu, masalah ini harus dituntaskan karena siswa akan mengalami kesulitan untuk belajar matematika selanjutnya.
Alternatif yang diusulkan oleh peneliti adalah pembelajaran kontekstual karena  dengan pembelajaran kontekstual memberikan peluang bagi siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dengan menyelesaikan suatu masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan srategi sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami materi dan konsep pecahan yang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

B.       Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah maka yang  menjadi identifikasi masalah adalah :
1.    Kurangnya minat siswa pada saat proses belajar mengajar.
2.    Metode serta penguasaan guru dalam proses belajar mengajar kurang sesuai dengan materi yang sampaikan.
3.    Pandangan siswa terhadap pelajaran matematika sulit dan membosankan serta membingungkan.

C.      Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada:
1.    Aktivitas belajar siswa
2.    Hasil belajar siswa pada pecahan
3.    Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
4.    Penelitian ini  dilakukan di kelas V SD Al-Wasliyah Timang Deli.

D.       Rumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat melalui pembelajaran kontekstual di kelas V SD Al-Washliyah Timbang tahun ajaran 2013/2014?

E.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan  aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Al-Washliyah Timbang Deli, dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi operasi pecahan yang dilihat melalui hasil penelitian.

F.       Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yang diharapkan sesudah melakukan penelitian ini adalah :
Bagi siswa, akan termotivasi untuk lebih bersemangat dengan pembelajaran kontekstual.
1.      Bagi guru, dapat menjadi bahan masukan mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual untuk peningkatan hasil belajar matematika siswa.
2.      Bagi sekolah, dapat menjadi bahan masukan dalam menjalin kerjasama dengan para guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.
3.      Bagi peneliti, berguna sebagai masukan untuk berusaha lebih mengembangkan lagi tentang penelitian pembelajaran kontekstual.

G.      Anggapan Dasar
Penggunaan pembelajaran kontekstual dalam materi pecahan membantu  siswa memahami materi. Dengan pembelajaran kontekstual siswa lebih melibatkan diri dalam pembelajaran, dengan mengaitkan materi kedalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga akan mendorong peningkatan prestasi belajar secara optimal.

H.      Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara sebelum penelitian dilaksanakan sepenuhnya. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan pembelajaran kontekstual pada materi pecahan di kelas V SD Al-Washliyah Timbang Deli Medan Amplas tahun ajaran 2013/2014. 

Download : Klik Disini
Butuh Sandi/Pasword
HP : 085262262564
Share this article :

0 komentar:

Mengenai Saya

 
Support : Creating Website | Yhanu Lahagu | Yhanu Lahagu
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Lahagu Yhannu Lovers !!! - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Yhanu Lahagu