MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SD AL-WASLIYAH TIMBANG DELI AMPLAS
T.A 2013/2014
SKRIPSI
OLEH :
.................................
NPM :
...........................
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH
MEDAN
2014
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH
MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi
pengembangan siswa agar kelak
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sebagai usaha
sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan
dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian. “Matematika
merupakan mata pelajaran yang sangat perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan bepikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama
(Permen No. 22 Tahun 2006).” “Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif
(KTSP 2006;109).”
Menurut Depdiknas (2006: 388),
bahwa: “Mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memahami konsep
matematika; (2) Menggunakan penalaran; (3) Memecahkan masalah; (4) Mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, De Lange (2004:12), mengemukakan bahwa: “Beberapa kompetensi atau
kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai para siswa selama proses pembelajaran matematika di
kelas adalah: (1) Berpikir dan bernalar secara
matematis; (2) Berargumentasi secara matematis; (3)Berkomunikasi secara matematis; (4) Pemodelan (modelling); (5) Penyusunan
dan pemecahan masalah; (6)
Menyusun, memformulasi, mendefinisikan, dan memecahkan
masalah dengan berbagai cara; (7) Representasi.”
Tercapainya tujuan pembelajaran ini tidak terlepas
proses pembelajaran yang baik. Menimbang bahwa tujuan pembelajaran matematika
adalah untuk kebaikan peserta didik di masa depan hendaknya pembelajaran harus
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik merasakan bahwa
matematika itu penting untuk dipelajari dan memiliki manfaat yang cukup besar
dalam kehidupan. Dengan demikian peserta didik akan memiliki semangat dan
motivasi dalam mempelajari matematika.
Dalam pembelajaran di kelas materi
pecahan merupakan materi yang memiliki peranan penting dalam pembelajaran,
menimbang bahwa pecahan itu dipelajari bukan untuk matematika saja tetapi
diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang mampu mengoperasikan
pecahan akan lebih mudah mengerjakan soal matematika yang berhubungan dengan
pecahan, siswa akan memiliki satu dasar yang kuat untuk mempelajari cabang
matematika yang lainnya. Sehingga suatu pendekatan pembelajaran lebih memuat
siswa aktif dan terampil dalam pembelajaran dan meningkatkan perestasi siswa.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru
matematika, Sori Aman di SD Al-Wasliyah Timbang Deli bahwa siswa masih
kesulitan memahami konsep matematika khususnya pada materi pecahan, hal itu
dapat terlihat dari hasil ulangan harian matematika dari 33 siswa sebanyak 23
siswa (70%) tidak mencapai KKM yang
telah ditetapkan. Seharusnya pembelajaran dikatakan berhasil dengan baik
apabila siswa dapat menguasai materi dengan mendapat nilai 60, yaitu kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan dalam kurikulum sekolah.
Masalah ini
terjadi karena kurangnya variasi metode yang digunakan guru. Guru hanya menggunakan
satu metode yang masih bersifat
konvensional dimana proses pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa hanya sebagai objek belajar bukan subjek belajar dan guru juga kurang
memanfaatkan kehidupan siswa dalam pembelajaran, dan kurang memperhatikan ketuntasan belajar
secara individual sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik belajar matematika. Bila ditinjau
dari sisi siswanya sendiri, masalah ini disebabkan kurangnya minat belajar, siswa kurang tertarik
dan bosan belajar matematika. Sehingga siswa hanya belajar matematika sebagai
rutinitas sehari-hari tanpa ada kesadaran untuk menambah pengetahuan, siswa
kurang aktif dalam belajar matematika, kurang memberikan inisiatif atau pertanyaan dan
kurang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Penyebab lainnya yaitu siswa sulit belajar pecahan karena konsep dalam
pembelajaran terlalu matematis. Padahal anak SD yang umumnya berusia 6-12 tahun
masih belajar pada tahap operasional konkrit. Artinya siswa belajar dari
hal-hal yang nyata.
Masalah di atas tidak boleh dibiarkan, karena pecahan merupakan konsep
dasar yang harus dimiliki siswa dalam melakukan perhitungan matematika. Bilangan
pecahan merupakan salah satu materi yang termasuk ke dalam aspek bilangan.
Materi bilangan pecahan dipelajari dari kelas III sampai kelas VI dengan sub
pokok materi yang bervariasi mulai dari mengenal pecahan sederhana (biasa),
pecahan campuran, pecahan desimal, pecahan persen dan perbandingan serta skala.
Oleh sebab itu, masalah ini harus dituntaskan karena siswa akan mengalami
kesulitan untuk belajar matematika selanjutnya.
Alternatif yang diusulkan oleh
peneliti adalah pembelajaran kontekstual karena dengan pembelajaran kontekstual memberikan peluang bagi siswa
untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dengan menyelesaikan suatu
masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan
srategi sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pembelajaran kontekstual merupakan
suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami
materi dan konsep pecahan yang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok
materi pelajaran dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :
1.
Kurangnya
minat siswa pada saat proses belajar mengajar.
2.
Metode
serta penguasaan guru dalam proses belajar mengajar kurang sesuai dengan materi
yang sampaikan.
3.
Pandangan
siswa terhadap pelajaran matematika sulit dan membosankan serta membingungkan.
C.
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada:
1. Aktivitas belajar siswa
2. Hasil belajar siswa pada pecahan
3. Pembelajaran kontekstual
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
4. Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Al-Wasliyah Timang Deli.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat melalui pembelajaran
kontekstual di kelas V SD Al-Washliyah Timbang tahun ajaran 2013/2014?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas V SD Al-Washliyah Timbang Deli, dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada
materi operasi pecahan yang dilihat melalui hasil penelitian.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yang diharapkan sesudah
melakukan penelitian ini adalah :
Bagi siswa, akan termotivasi untuk lebih bersemangat
dengan pembelajaran kontekstual.
1.
Bagi guru,
dapat menjadi bahan masukan mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual untuk peningkatan hasil belajar matematika siswa.
2.
Bagi
sekolah, dapat menjadi bahan masukan dalam menjalin kerjasama dengan para guru
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran
matematika.
3.
Bagi
peneliti, berguna sebagai masukan untuk berusaha lebih mengembangkan lagi
tentang penelitian pembelajaran kontekstual.
G.
Anggapan Dasar
Penggunaan pembelajaran kontekstual dalam materi pecahan
membantu siswa memahami materi. Dengan
pembelajaran kontekstual siswa lebih melibatkan diri dalam pembelajaran, dengan
mengaitkan materi kedalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga akan mendorong
peningkatan prestasi belajar secara optimal.
H.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara sebelum penelitian
dilaksanakan sepenuhnya. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah aktivitas
dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual pada materi pecahan di kelas V SD Al-Washliyah Timbang Deli Medan Amplas tahun ajaran 2013/2014.
Download : Klik Disini
Butuh Sandi/Pasword
HP : 085262262564
0 komentar:
Posting Komentar